Ketua Amarta Beberkan Untung Rugi Prabowo Bertemu SBY
[tajuk-indonesia.com] - Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto direncanakan akan menemui Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk membicarakan seputar putaran kedua Pilkada DKI 2017.
Terkait rencana pertemuan dua petinggi parpol ini, Ketua Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta), M Rico Sinaga menilai ada sederet untung rugi bagi Prabowo serta cagub-cawagub DKI Jakarta, Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Rico menuturkan, bergabungnya Partai Demokrat ke Anies-Sandi justru berpotensi membuat suara pasangan nomor urut tiga merosot. Karena bisa jadi, banyak pendukung dan simpatisan Anies-Sandi yang tidak respek kepada SBY.
"Kalau pendukung Anies-Sandi yang nyoblos 15 Februari lari, tentu ini sangat merugikan," kata Rico di Jakarta, Rabu (1/3/2017).
Pengalihan dukungan SBY, menurut Rico, juga bisa menjadi amunisi baru kubu Ahok-Djarot untuk melakukan kampanye hitam.
Pasalnya, kemungkinan kubu Ahok-Djarot bisa kembali menggunakan isu pelanggaran HAM untuk merontokan suara Anies-Sandi.
SBY diketahui menjabat Kepala Staf Kodam Jaya saat peristiwa 27 Juli meletus. Sementara Prabowo diungkit lagi soal penculikan aktivis.
Sedangkan keuntungan dari pertemuan Prabowo dengan SBY, maka pendukung serta relawan Anies-Sandi bakal bertambah.
Meski demikian, Rico mengingatkan, agar pertambahan tersebut justru membuat kontraproduktif tim Anies-Sandi yang putaran pertama lalu sukses meraup suara 40 persen.
"Lebih tim Anies-Sandi menggarap suara golput yang mencapai 23 persen dari total pemilih sebanyak 7.218.272 orang," papar Rico.
Soal memaksimalkan suara golput, lanjut Rico, Amarta sukses melakukannya saat Pilgub DKI 2007 lalu. Saat itu Amarta berhasil memberdayakan suara golput untuk kemenangan Fauzi Bowo (Foke)-Prijanto yang mencapai 57 persen.
"Foke menang karena Amarta lewat slogan golput bukan pilihan, bisa memangkas suara golput," ujar Rico.
Potensi suara lain yang harus digarap yakni pemilih pemula yang berusia 17 tahun pada 19 April mendatang. [ts]
Pengalihan dukungan SBY, menurut Rico, juga bisa menjadi amunisi baru kubu Ahok-Djarot untuk melakukan kampanye hitam.
Pasalnya, kemungkinan kubu Ahok-Djarot bisa kembali menggunakan isu pelanggaran HAM untuk merontokan suara Anies-Sandi.
SBY diketahui menjabat Kepala Staf Kodam Jaya saat peristiwa 27 Juli meletus. Sementara Prabowo diungkit lagi soal penculikan aktivis.
Sedangkan keuntungan dari pertemuan Prabowo dengan SBY, maka pendukung serta relawan Anies-Sandi bakal bertambah.
Meski demikian, Rico mengingatkan, agar pertambahan tersebut justru membuat kontraproduktif tim Anies-Sandi yang putaran pertama lalu sukses meraup suara 40 persen.
"Lebih tim Anies-Sandi menggarap suara golput yang mencapai 23 persen dari total pemilih sebanyak 7.218.272 orang," papar Rico.
Soal memaksimalkan suara golput, lanjut Rico, Amarta sukses melakukannya saat Pilgub DKI 2007 lalu. Saat itu Amarta berhasil memberdayakan suara golput untuk kemenangan Fauzi Bowo (Foke)-Prijanto yang mencapai 57 persen.
"Foke menang karena Amarta lewat slogan golput bukan pilihan, bisa memangkas suara golput," ujar Rico.
Potensi suara lain yang harus digarap yakni pemilih pemula yang berusia 17 tahun pada 19 April mendatang. [ts]