Jokowi Layak Dihentikan Karena Meresahkan Rakyat Dengan Tudingan Makar
[tajuk-indonesia.com] - KITA sebagai rakyat pemilik Republik Indonesia jangan sampai diturunkan derajatnya oleh rezim Jokowi menjadi alas kaki.
Negara ini adalah organisasi milik rakyat dan bangsa Indonesia, bukan
milik kongsi kekuasaan Jokowi, parpol-parpol dan konglomerat.
Jadi wajar-wajar saja, jika rakyat merasakan, presidennya tidak mampu
urus negara, melanggar konstitusi ditambah lagi menangkap-nangkap tokoh,
aktivis dan ulama dengan tuduhan makar yang kedua. Setelah penangkapan
tokoh-tokoh pada Aksis 212, baru saja pada Aksi 313, Jokowi kembali
menuduh makar aktivis dan ulama.
Jokowi layak diturunkan. Ini bentuk aspirasi yang konstitusional.
Saat ini kita seperti dihalusinasi bahwa rezim Jokowi adalah penguasa yang kuat.
Saya nyatakan tidak kuat. Kita lihat masa kekuasaan Jokowi selama dua
tahun lebih ini sudah ngos-ngosan. Kalo Jokowi kuat tentu kekuasaannya
stabil dan mampu memberikan rakyat kesejahteraan, kemakmuran dan juga
tegaknya keadilan. Dan sudah pasti Jokowi mampu mengembalikan hak-hak
rakyat yang dikuasai asing dan taipan.
Saat ini Jokowi banyak membiarkan masalah-masalah kehidupan rakyat yang
sebetulnya mudah diselesaikan, karena dia punya otoritas. Tapi justru
Jokowi berpihak pada para pemodal dan konglomerat perampok.
Masalah tuntutan petani Kendeng yang minta dibatalkan izin pabrik semen,
Jokowi terlihat lebih berpihak pada kepentingan modal. Padahal di balik
pendirian pabrik Semen Indonesia ini, ada kepentingan taipan di
belakangnya.
Jokowi juga tidak mampu berbuat apa-apa ketika tanah seluas 140 juta
hektar (72 persen dari luas daratan Indonesia) dikuasai asing dan
taipan.
Sektor-sektor ekonomi strategis Indonesia pun dikuasai asing, seperti
perbankan 70 persen, pertambangan 85 persen, otomotif 99 persen,
perkebunan 60 persen, telekomunikasi 70 persen, jasa 70 persen dan
minyak dan gas (migas) 88 persen.
Dalam kondisi kritis dan krisis kedaulatan seperti ini, Jokowi justru
malah ikut-ikutan memenangkan Ahok di Pilkada DKI 2017. Padahal Ahok
sendiri sedang terindikasi membawa kepentingan Cina dan Taipan di
Jakarta. Seperti kasus Reklamasi dan Sumber Waras. Juga dalam diri Ahok
terjadi banyak polemik soal penistaan agama dan sumber konflik pecah
belah masyarakat.
Ini masalah-masalah serius yang seharusnya diselesaikan dan menjadi
prioritas Jokowi sebagai Presiden. Akan tetapi Jokowi justru sibuk
membela kepentingan para taipan.
Kondisi ini harus disikapi rakyat untuk menyatakan aspirasi dengan mengkritisi keras Jokowi sebagai Presiden.
Wajar atas hak politik dan kedaulatan yang dimilikinya dan dilindungi
konstitusi, rakyat minta Jokowi diturunkan. Sekali lagi ini adalah hak
konstitusi rakyat dan republik modern.
Bahwa tujuannya adalah mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat.
Hampir 20 tahun, sejak reformasi digulirkan, kondisi Indonesia bukan
semakin membaik, justru semakin merosot dan melorot. Hal ini juga
menjadi perhatian gerakan-gerakan dan kelompok-kelompok perjuangan
rakyat untuk mendesak MPR RI, kembali ke UUD 45 asli. Semua ini adalah
kehendak rakyat yang harus dihormati. Karena bagaimanapun, rakyatlah
pemilik negara yang sah. [***]
Yudi Syamhudi Suyuti
Pebulis adalah Ketua Presidium Musyawarah Rakyat Indonesia.[rmol]