Lima ucapan Haji Lulung tentang Ahok
[tajuk-indonesia.com] - Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran pertama sudah usai dan warga Jakarta akan kembali ke bilik suara, April mendatang, untuk menentukan gubernur baru mereka: Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, atau Anies Baswedan. Siapa bakal terpilih siapa bakal tersingkir, tentu menarik untuk ditunggu.
Tapi sembari menunggu, mungkin ada baiknya mengingat “ramalan” dari Haji Abraham Lunggana alias Haji Lulung tentang Ahok, jauh sebelum Pilkada. Paling tidak, ada lima “ramalan” Lulung tentang Ahok -empat di antaranya sudah terbukti dan menyisakan satu yang masih harus ditunggu.
Berikut adalah lima ucapan Haji Lulung tentang Ahok:
Menggugat ke pengadilan
Lulung menantang Ahok untuk melaporkan hasil audit BPK kepada pengadilan. Dia berjanji, bersama relawannya, akan mengantar Ahok jika Ahok benar-benar ingin menggugat BPK ke pengadilan. Lulung bahkan juga berjanji akan mengiris telinganya, apabila Ahok berani menggugat BPK.
Lulung menyatakan semua itu, menyusul kegeraman Ahok terhadap hasil audit BPK, April tahun lalu. Dalam sebuah laporannya, lembaga auditor negara itu menemukan kejanggalan kasus pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras dalam laporan keuangan Pemprov DKI Jakarta pada 2014. BPK menganggap prosedur pembelian sebagian lahan RS Sumber Waras menyalahi aturan dan merugikan keuangan daerah Rp 191 miliar.
Audit ulang atas laporan itu kembali dilakukan oleh BPK atas permintaan KPK. Ahok juga diperiksa petugas KPK pada akhir November 2015, dan hasil audit investigasi itu diserahkan kepada KPK pada 7 Desember 2015.
Berdasarkan audit BPK itu, April tahun lalu, KPK memanggil Ahok untuk dimintai keterangan. Dia diperiksa selama 12 jam dan setelah diperiksa, Ahok menyebut BPK telah menyembunyikan kebenaran. Dia bahkan menyebut temuan BPK yang menyeretnya pada kasus dugaan korupsi pembelian lahan RS Sumber Waras sebagai temuan yang menipu.
Tapi, Ketua BPK, Harry Azhar Azis bergeming menyatakan, para auditornya profesional. Dia mempersilakan Ahok menggugat hasil audit BPK tetang pembelian lahan RS Sumber Waras ke pengadilan.
Lalu apa kata Lulung soal itu? “Saya yakin, Ahok enggak berani. Iris telinga saya kalau dia berani. Ahok itu pencitraan terus,” kata Lulung.
Dan betul, Ahok memang tidak menggugat BPK karena menemukan dugaan korupsi pembelian RS Sumber Waras Rp 191 miliar. Kasus Sumber Waras kemudian menguap, tidak ada kelanjutannya di KPK.
Jalur independen
Dua bulan berikutnya atau Juni 2016, Lulung kembali berjanji akan
mengiris telinganya untuk Ahok, jika Ahok maju ke Pilkda DKI 2017 lewat
jalur independen. "Saya mau iris ini kuping saya, kalau dia mau ke
independen."
Lulung bahkan memberikan tenggat waktu hingga pendaftaran calon gubernur ke KPUD selesai.
"Waktunya selama pendaftaran, kalau dia pendaftaran sama independen, nih, gua potong nih, sampai putus dua-duanya," kata Lulung.
Soal jalur independen ini, Ahok menyatakan, akan menempuh jalur independen dengan segala risiko.
“Sekarang saya sudah independen lawan semuanya,” kata dia, Oktober 2015.
Pernyataan itu diulanginya pada Februari 2016 karena menghargai Teman Ahok yang berjuang setengah mati agar dirinya maju sebagai kandidat gubernur lewat jalur independen.
Empat bulan berikutnya, Ahok bilang “kiri-kanan mantap” menyusul munculnya dukungan partai untuk dirinya. Puncaknya, Ahok akhirnya menyatakan maju ke Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan dukungan partai. Dan benarlah ucapan Lulung bahwa Ahok tak akan maju lewat jalur independen.
Sejuta KTP
Lulung tak percaya, Teman Ahok mampu mengumpulkan sejuta KTP untuk Ahok meskipun mereka yang menamakan relawan untuk Ahok mendaku berkali-kali. Kata Lulung, pengumpulan sejuta KTP itu hanya propaganda dan retorika.
Teman Ahok dan juga Ahok, saat itu mendaku sudah mengumpulkan sejuta KTP agar Ahok maju ke Pilkada DKI Jakarta lewat jalur independen. Tapi beberapa orang meragukan pengakuan itu. Selain Lulung, anggota DPR dari Fraksi PDIP, Adian Napitulu, juga meragukannya.
"Mengumpulkan KTP dan memverifikasi KTP sendiri, itu sama seperti sebuah permainan yang dimainkan sendiri, disoraki sendiri, diwasiti sendiri lalu dipuji-puji sendiri dan terakhir ya tertawa bangga sendiri," kata Adian dalam sebuah pernyatan, saat itu.
Dan sekali lagi, ucapan Lulung terbukti, karena Teman Ahok tidak pernah mendaftarkan pengumpulan sejuta KTP ke KPU DKI Jakarta untuk diverifikasi.
Jadi tersangka
Jauh sebelum Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama karena menyitir Al Maidah ayat 51, Ahok sesumbar: siapa di antara mereka yang lebih dulu jadi tersangka.
Dia menyatakan itu, saat ramai kasus dugaan korupsi UPS 2015 ramai diperbincangkan publil. Ahok bertaruh dan menyebut Lulung bakal jadi tersangka dalam kasus itu.
Menurut Lulung, Ahok sesumbar, “Coba duluan mana nih Haji Lulung atau gua duluan yang jadi tersangka.” Mendengar itu, Lulung mengaku hanya mengaminkan ucapkan Ahok. “Sekarang, terbukti, siapa yang jadi tersangka," kata Lulung, beberapa hari setelah Ahok ditetapkan sebagai tersangka.
Kalah di Pilkada
Satu-satunya ucapan Lulung yang tidak terbukti adalah Ahok kalah di Pilkada DKI Jakarta 2017 di putaran pertama. Hitung cepat kemarin menunjukkan, Ahok dan Anies maju ke putaran kedua Pilkada DKI, April mendatang.
Lulung pernah menyatakan, "Dia kan bilang dengan pede 'gua (menang) putaran pertama, Nah gua balikin, kalau sama gue ada sama dengannya. Basuki Tjahaja Purnama sama dengan (=) bakal kalah di putaran pertama.”
Atau “ramalan” Lulung akan terbukti pada Pilkada DKI putaran kedua? [rms]
Lulung bahkan memberikan tenggat waktu hingga pendaftaran calon gubernur ke KPUD selesai.
"Waktunya selama pendaftaran, kalau dia pendaftaran sama independen, nih, gua potong nih, sampai putus dua-duanya," kata Lulung.
Soal jalur independen ini, Ahok menyatakan, akan menempuh jalur independen dengan segala risiko.
“Sekarang saya sudah independen lawan semuanya,” kata dia, Oktober 2015.
Pernyataan itu diulanginya pada Februari 2016 karena menghargai Teman Ahok yang berjuang setengah mati agar dirinya maju sebagai kandidat gubernur lewat jalur independen.
Empat bulan berikutnya, Ahok bilang “kiri-kanan mantap” menyusul munculnya dukungan partai untuk dirinya. Puncaknya, Ahok akhirnya menyatakan maju ke Pilkada DKI Jakarta 2017 dengan dukungan partai. Dan benarlah ucapan Lulung bahwa Ahok tak akan maju lewat jalur independen.
Sejuta KTP
Lulung tak percaya, Teman Ahok mampu mengumpulkan sejuta KTP untuk Ahok meskipun mereka yang menamakan relawan untuk Ahok mendaku berkali-kali. Kata Lulung, pengumpulan sejuta KTP itu hanya propaganda dan retorika.
Teman Ahok dan juga Ahok, saat itu mendaku sudah mengumpulkan sejuta KTP agar Ahok maju ke Pilkada DKI Jakarta lewat jalur independen. Tapi beberapa orang meragukan pengakuan itu. Selain Lulung, anggota DPR dari Fraksi PDIP, Adian Napitulu, juga meragukannya.
"Mengumpulkan KTP dan memverifikasi KTP sendiri, itu sama seperti sebuah permainan yang dimainkan sendiri, disoraki sendiri, diwasiti sendiri lalu dipuji-puji sendiri dan terakhir ya tertawa bangga sendiri," kata Adian dalam sebuah pernyatan, saat itu.
Dan sekali lagi, ucapan Lulung terbukti, karena Teman Ahok tidak pernah mendaftarkan pengumpulan sejuta KTP ke KPU DKI Jakarta untuk diverifikasi.
Jadi tersangka
Jauh sebelum Ahok ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penistaan agama karena menyitir Al Maidah ayat 51, Ahok sesumbar: siapa di antara mereka yang lebih dulu jadi tersangka.
Dia menyatakan itu, saat ramai kasus dugaan korupsi UPS 2015 ramai diperbincangkan publil. Ahok bertaruh dan menyebut Lulung bakal jadi tersangka dalam kasus itu.
Menurut Lulung, Ahok sesumbar, “Coba duluan mana nih Haji Lulung atau gua duluan yang jadi tersangka.” Mendengar itu, Lulung mengaku hanya mengaminkan ucapkan Ahok. “Sekarang, terbukti, siapa yang jadi tersangka," kata Lulung, beberapa hari setelah Ahok ditetapkan sebagai tersangka.
Kalah di Pilkada
Satu-satunya ucapan Lulung yang tidak terbukti adalah Ahok kalah di Pilkada DKI Jakarta 2017 di putaran pertama. Hitung cepat kemarin menunjukkan, Ahok dan Anies maju ke putaran kedua Pilkada DKI, April mendatang.
Lulung pernah menyatakan, "Dia kan bilang dengan pede 'gua (menang) putaran pertama, Nah gua balikin, kalau sama gue ada sama dengannya. Basuki Tjahaja Purnama sama dengan (=) bakal kalah di putaran pertama.”
Atau “ramalan” Lulung akan terbukti pada Pilkada DKI putaran kedua? [rms]