Pengusaha Medsos Juga Harus Punya Komitmen Tangkal Hoax
[tajukindonesia.net] - Ketua Umum Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr. Unifah Rosyidi mengatakan PGRI bertanggungjawab mendidik 54 juta siswa se Indonesia agar mampu mengenali dan menghadapi informasi bohong (hoax) dan fitnah.
Hal itu disampaikan Unifah Rosyidi dalam diskusi berjudul "Strategi Menang Melawan Hoax dan Fitnah" yang diadakan Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, di Gedung Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu Sore (25/1).
"Kita siap mengadakan literasi digital untuk para guru, namun kita butuh dukungan semua pihak. Banyak informasi aneh sekarang, seperti bumi itu datar, tips pengobatan yang mengada-ada, belum lagi berita-berita bohong yang bisa memecah persatuan bangsa, kami dari PGRI mengajak semua pihak, mari kita lindungi 54 juta siswa, poin-poin dari diskusi Komunikonten ini, akan kami bawa ke rapat PGRI," jelas Unifah Rosyidi.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria menjelaskan siswa harus didorong jadi produsen konten sesuai minat dan bakatnya. Pemerintah pusat/daerah, kementerian/lembaga, dan organisasi swasta harus memperbanyak lomba-lomba yang mengajak siswa memproduksi konten.
"54 juta siswa harus jadi pembuat konten, bukan sekedar penyebar konten, mereka harus jadi generasi upload, bukan semata generasi download. Saya usul, agar siswa yang produktif memproduksi dan mengupload konten positif, inspiratif, kritik membangun di internet diberikan hadiah," ujar dia.
Hariqo menambahkan, solusi lain melawan hoax dan fitnah adalah, memanggil semua pengusaha medsos dan menagih komitmennya menghapus informasi hoax dan fitnah.
"Hoax dan fitnah bisa dideteksi dengan teknologi, tapi ini tidak akan akurat 100 persen, karenanya manual juga harus dilakukan. Jadi saran saya, mereka para pengusaha twitter, facebook, instagram, google dan lain-lain harus menambah SDM di kantornya masing-masing untuk menghadapi hoax dan fitnah. Teknologi oke, tapi pemantauan manual tetap harus dilakukan," jelas dia. [rmol]
Sementara itu, Direktur Eksekutif Komunikonten, Hariqo Wibawa Satria menjelaskan siswa harus didorong jadi produsen konten sesuai minat dan bakatnya. Pemerintah pusat/daerah, kementerian/lembaga, dan organisasi swasta harus memperbanyak lomba-lomba yang mengajak siswa memproduksi konten.
"54 juta siswa harus jadi pembuat konten, bukan sekedar penyebar konten, mereka harus jadi generasi upload, bukan semata generasi download. Saya usul, agar siswa yang produktif memproduksi dan mengupload konten positif, inspiratif, kritik membangun di internet diberikan hadiah," ujar dia.
Hariqo menambahkan, solusi lain melawan hoax dan fitnah adalah, memanggil semua pengusaha medsos dan menagih komitmennya menghapus informasi hoax dan fitnah.
"Hoax dan fitnah bisa dideteksi dengan teknologi, tapi ini tidak akan akurat 100 persen, karenanya manual juga harus dilakukan. Jadi saran saya, mereka para pengusaha twitter, facebook, instagram, google dan lain-lain harus menambah SDM di kantornya masing-masing untuk menghadapi hoax dan fitnah. Teknologi oke, tapi pemantauan manual tetap harus dilakukan," jelas dia. [rmol]