Kata Anak Buah Prabowo: Menteri Basuki Layak Dicopot !
[tajukindonesia.net] Proyek pembangunan
infrastruktur di Kementerian Pekerjaan Umum terhambat karena adanya mafia yang
telah lama bermain.
"Ada Tim Mafia Lama
di PU yang hambat pembangunan proyek Infrastruktur yang dicanangkan
oleh Presiden Joko Widodo selama ini," ungkap Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra, Arief Poyuono dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Rabu
(4/1).
Dia menduga, penyebab mangkraknya proyek proyek
tersebut karena adanya dugaan pratek permafian di Kementerian PUPR dengan modus
operandi pencaloan proyek proyek Pembangunan Infrastruktur.
"Sehingga berpengaruh pada percepatan
pertumbuhan ekonomi nasional yang setiap tahun di canangkan pemerintah.
Pembangunan proyek Infrastruktur seperti Jalan Tol sepanjang 1000 km,
jalan perbatasan antar negara, satu juta Pembangunan rumah, 49 waduk semuanya
mangkrak di bawah pimpinan menteri PU Basuki Hadimuljono," duganya.
Anak buah Prabowo Subianto ini menduga para mafia
lama di PU yang bangkit diera Basuki Hadi Muljono. Mereka banyak melakukan
pengaturan penempatan satuan kerja-satuan kerja dan Kepala Balai di
daerah-daerah untuk mengatur dan mengelola anggaran kementerian PUPR.
Tujuannya, memuluskan paket-paket proyek di PUPR untuk para mafia PU yang
berprofesi sebagai kontraktor di daerah.
"Perlu diketahui dari target Presiden Joko
Widodo membangun 1000 km jalan tol secara nasional dalam 5 tahun baru selesai
100 km dan itupun baru selesai dibangun kontruksi, dan baru bisa membebaskan
lahan untuk jalan tol baru sepanjang 200 km sampai akhir November 2016, artinya
dua tahun baru 10 persen itupun baru kontruksi saja," jelasnya.
Sementara, tambahnya, pemerintahan Joko Widodo
efektif tinggal 2 tahun lagi, diperkirakan sampai jelang pilpres hanya mencapai
20 persen realisasinya.
"Itupun baru kontruksi," ketusnya.
Untuk itu, menurut dia, pembangunan waduk dan program
revitalisasi waduk serta sarana pertanian yang diharapkan bisa mempercepat
programan swasembada pangan untuk menciptakan ketahanan pangan juga akan gagal
di 2017 nanti. Sebab, walaupun sudah ada 25 kontrak pembangunan waduk, itupun
belum ada realisasinya. Hal itu menurutnya karena ketidakmampuan Menteri PU
dalam berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk melakukan persoalan
pembebasan lahan.
"Dari serapan anggaran kementrian PUPR yang
hampir 90 persen tapi output yang dihasilkan tidak sesuai ini artinya ada
kebocoran anggaran di PUPR. Hal ini dibuktikan dengan banyak pesakitan dari
operasi tangkap tangan di PUPR oleh KPK," imbuhnya.
Padahal menurut dia, yang diharapkan dari proyek
pembangunan infrastruktur itu bisa menciptakan lapangan kerja baru dan meyerap
angkatan kerja baru. Tapi malah pembangunan di sektor infrastruktur itu juga
tidak berhasil.
"Nah kalau udah begini kinerja menteri PUPR
yang berasal dari dalam kementerian PU yang seharusnya bisa diandalkan
Joko Widodo untuk mensukseskan program Pembangunan proyek Infrastruktur
ternyata justru akan membuat kegagalan bagi pemerintahan Joko Widodo, sehingga
saat Joko Widodo mencalonkan kembali sebagai Capres tidak bisa dijadikan modal
kampanye keberhasilan Presiden Joko Widodo nantinya," ujarnya.
"Karena itu Menteri PUPR sebaiknya menjadi
salah satu menteri yang layak di reshuffle dan KPK dalam membongkar kasus
gurita korupsi di PU dari kasus damayanti sebaiknya juga memeriksa Menteri PUPR
Karena diduga ada komunikasi antara Damayanti dan Menteri PU. Semua ini agar
menjadi terang benderang terkait kasus suap di kementerian PUPR,"
pungkasnya. [rm]