Hot!! FBI Dukung Klaim CIA bahwa Putin Retas Pemilu untuk Menangkan Trump
[tajukindonesia.net] - FBI sepakat dengan CIA bahwa intelijen Rusia dan Presiden Vladimir Putin terlibat dalam upaya pemenangan Donald Trump melalui peretasan.
CIA menyatakan bahwa Rusia berusaha mempengaruhi Pemilu dengan cara meretas orang dan lembaga, termasuk badan-badan Partai Demokrat. Pernyataan tersebut membuat marah Presiden terpilih Donald Trump yang menyatakan dia telah memenangkan Pemilu 8 November dengan jujur.
Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin diduga mensurvisi langsung peretasan yang dilakukan dinas intelijennya terhadap Pemilihan Presiden Amerika Serikat untuk mendeskreditkan demokrasi Amerika dan mendongkrak Donald Trump menjadi presiden AS, kata berapa pejabat AS seperti dikutip Reuters. Namun, Rusia sendiri membantah tudingan telah mengintervensi Pemilu AS.
"Saya tak menganggap apa-apa yang terjadi dalam pemerintahan Rusia terjadi tanpa sepengetahuan Vladimir Putin," kata Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, kepada MSNBC. "Pada saat kita membicarakan penyusupan siber besar semacam ini, maka kita pada dasarnya membicarakan level puncak pemerintahan."
Para pejabat AS yang mengetahui informasi intelijen menyangkut isu ini menyatakan bahwa organisasi dan tokoh politik AS menjadi fokus peretasan.
"Ini dimulai semata sebagai upaya menunjukkan demokrasi Amerika tidak lebih kredibel ketimbang demokrasi versi Putin," kata salah seorang pejabat yang menolak menyebutkan jati dirinya.
Peretasan itu menjadi usaha untuk membantu kampanye Donald Trump karena Putin percaya Trump akan lebih bersahabat kepada Rusia, khususnya dalam soal sanksi ekonomi, ketimbang lawannya dari Demokrat, Hillary Clinton.
Belum lama ini Presiden Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat menyatakan kepada National Public Radio bahwa AS akan menindak Rusia.
"Saya kira tak ada keraguan bahwa ketika ada pemerintahan asing yang berusaha mempengaruhi integritas Pemilu kita, kita mesti mengambil tindakan dan kita akan bertindak," kata Obama. [rima]
"Saya tak menganggap apa-apa yang terjadi dalam pemerintahan Rusia terjadi tanpa sepengetahuan Vladimir Putin," kata Ben Rhodes, wakil penasihat keamanan nasional Gedung Putih, kepada MSNBC. "Pada saat kita membicarakan penyusupan siber besar semacam ini, maka kita pada dasarnya membicarakan level puncak pemerintahan."
Para pejabat AS yang mengetahui informasi intelijen menyangkut isu ini menyatakan bahwa organisasi dan tokoh politik AS menjadi fokus peretasan.
"Ini dimulai semata sebagai upaya menunjukkan demokrasi Amerika tidak lebih kredibel ketimbang demokrasi versi Putin," kata salah seorang pejabat yang menolak menyebutkan jati dirinya.
Peretasan itu menjadi usaha untuk membantu kampanye Donald Trump karena Putin percaya Trump akan lebih bersahabat kepada Rusia, khususnya dalam soal sanksi ekonomi, ketimbang lawannya dari Demokrat, Hillary Clinton.
Belum lama ini Presiden Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat menyatakan kepada National Public Radio bahwa AS akan menindak Rusia.
"Saya kira tak ada keraguan bahwa ketika ada pemerintahan asing yang berusaha mempengaruhi integritas Pemilu kita, kita mesti mengambil tindakan dan kita akan bertindak," kata Obama. [rima]