Mengaku Terluka Akan Penistaan Al Quran Oleh Ahok, Pendemo Ahok: "Ilmu Agama Dangkal, tapi Soal Ini Saya Nggak Bisa Diam!"


[tajukindonesia.com]       -        Sehari jelang demo besar-besaran yang akan digelar siang usai Jumatan nanti, titik-titik kumpul para calon pendemo sudah mulai dipenuhi massa. Salah satunya di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.

Di masjid ini, sejak siang hingga malam tadi, para calon pendemo terus berdatangan dari berbagai daerah. Makin malam, pengunjung makin banyak. Tak hanya massa yang berkumpul, logistik seperti makanan dan minuman pun mengalir deras.

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tapi Haris, petugas sekuriti Masjid Istiqlal, belum bisa beristirahat. Ia dan rekan-rekannya masih duduk-duduk di depan pintu Istiqlal dengan handy talky digenggaman. Padahal biasanya, jam segitu Haris dan rekan-rekannya sudah siap-siap menutup pintu dan gerbang masjid. Lalu istirahat sampai jelang sholat Subuh untuk membuka pintu lagi.

Tapi malam tadi, rutinitas tutup pintu itu tak bisa dilakukan. Soalnya, bada Isya, suasana Masjid Istiqlal yang biasanya sepi berubah jadi ramai bukan main. Seperti pasar malam. Pengunjung terus berdatangan dari berbagai daerah memadati masjid.

Akibatnya arus lalu lintas di Jalan Juanda tersendat. Mobil pribadi, pick up, atau taksi keluar masuk halaman masjid. Menurunkan penumpang atau mengirimkan logistik. Sampai jam 11 malam, jumlah perbekalan seperti air mineral sudah lebih dari seribu dus. Dan terus berdatangan. Pengurus masjid sampai kewalahan menurunkan. Untunglah Jamaah yang hadir sigap membantu petugas menurunkan dan menata logistik yang ditumpuk di lantai bawah.

Makin malam, pengunjung makin banyak. Sekitaran jam 10 malam, massa sudah berjumlah sekitar 2 ribuan. Laki-laki, perempuan. Yang tua, remaja, sampai anak-anak. Macam-macam bawaannya. Ada yang melenggang dengan hanya membawa tas jinjing, ada juga yang membawa ransel besar seperti hendak naik gunung. Ada yang datang sendiri, ada juga yang inisiatif datang rombongan dengan memesan taksi online.

Sebagian langsung masuk masjid untuk sholat atau-tiduran. Sebagian lagi berfoto-foto di halaman masjid, atau hanya duduk-duduk sambil mengobrol. Ada juga yang pemanasan demo dengan berorasi, memajang spanduk dan poster untuk aksi besok. Pekikan takbir sesekali terdengar di halaman.

Yang datang, bukan hanya dari sekitaran Jakarta seperti Suwanta, 60, warga Bekasi. Tapi ada juga Firdaus yang datang dari Sumatera Selatan, dan Hardi dari Bali. Suwanta yang datang sendiri mengaku terpanggil dengan seruan aksi Bela Islam tersebut. Dia mengaku terluka dengan ucapan Ahok soal Surat Almaidah tersebut. 

"Ilmu agama saya dangkal, tapi soal ini saya tak bisa diam," kata Suwanta, yang mengenakan baju koko dilengkapi peci putih, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam. Soal maaf, dia bilang sudah memaafkan Ahok. Tapi dia juga ingin menuntut keadilan. "Masa yang lain ditangkapi, ini (Ahok) yang jelas-jelas salah bebas terus," ungkapnya.

Beda Suwanta, beda Firdaus yang datang sekeluarga naik pesawat dari Palembang. Dia sengaja mengajak istri dan anak perempuanya yang masih berumur tak lebih dari 7 tahun. Begitu mendarat di Soekarno Hatta, Cengkareng, dia langsung merapat ke Istiqlal. 

"Teman-teman yang lain sekitar 5 ribuan orang datang menyusul besok naik bis," ungkapnya. 

Dia sengaja mengajak putrinya untuk mengajarkan soal kehidupan. "Biar tahu. Sesekali keadilan itu kadang harus diperjuangkan dengan turun ke jalan," tuturnya.

Di dalam masjid, pengurus berkali-kali mengimbau lewat pengeras suara agar para jamaah tidak tidur di ruang utama. Juga agar menjaga kebersihan. [rmol]











Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :