Ketika Ahok dan Mulutnya yang Tak Selesai
[tajukindonesia.com] - Dalam diskusi di Warung Daun, Jakarta, kemarin, hampir semua pembicara sepakat,Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok harus bisa mengendalikan diri. Diskusi itu memang membahas tentang Ahok. Judulnya “Ahok Effect.”
Direktur Puspol Indonesia, Ubedilah Badrun bahkan menyarankan agar Ahok bisa mengendalikan diri, karena sebagai pejabat, pernyataannya menjadi bagian dari konsumsi publik dan bisa berdampak luar biasa. Antara lain di media sosial.
Bila Ahok tidak bisa mengendalikan diri dengan pernyataan-pernyataannya, maka persepsi publik akan bergeser ke banyak hal termasuk etnis. “Kita harapkan agar demokrasi kita berkualitas," kata Ubedillah.
Pekan lalu Ahok telah ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama, menyusul pernyataannya yang mengutip surat Al Maidah 51 di Kepulauan Seribu, 27 September 2016. Pernyataannya kemudian memantik kontroversi, karena Ahok dianggap tidak punya kapasitas menggugat kepercayaan agama lain, meskipun pernyataannya yang mengutip Al Maidah 51 bukan yang pertama disampaikan oleh Ahok.
Dalam beberapa kesempatan setelah dijadikan tersangka, Ahok masih bersuara dengan nada yang seolah menantang. Dia misalnya menyatakan, kalau sampai kasus penistaan agama sampai pengadilan dan dia dipenjara, maka dia akan menjadi seperti Nelson Mandela, tokoh perjuangan di Afrika Selatan yang mendekam 23 tahun di penjara karena menentang rezim apartheid. Ahok juga bereaksi dengan menyebutkan akan mengajukan praperadilan atas penetapan dirinya sebagai tersangka.
Jauh sebelumnya, Ahok pernah menyatakan, lebih baik membunuh dua ribu orang untuk menyelamatkan 10 juta orang. Beberapa kali dia terlihat mengusir wartawan, memaki-maki seorang ibu yang datang ke kantornya. Dia juga mengabaikan putusan pengadilan ketika menggusur perkampungan Bidara Cina dan Bukit Duri atas nama pelebaran Sungai Ciliwung dan demi mengatasi banjir Jakarta. Ahok berdalih yang dilakukannya adalah demi kepentingan negara.
Menjelang aksi demo 4 November yang dipicu pernyataan Ahok tentang Al Maidah 51, beberapa tokoh dari ormas Islam menyampaikan agar pejabat publik menjaga tutut kata dan sikap, dan tidak menyinggung keyakinan orang lain. Akhir pekan lalu, Ketua DPR, Ade Komarudin menyatakan, isu Pilkada DKI menjadi ramai karena ada calon yang tak bisa menjaga mulutnya.
Tokoh-tokoh ormas Islam dan Ade memang tak menyebut nama Ahok, tapi semua pernyataan itu bisa ditebak ditujukan pada Ahok. "Kami melihat efek dari Ahok, membuat sejumlah orang menuntut Istana. Efek ahok membuat sejumlah orang bergerak ke DPR,” kata Ketua Bidang Kominfo DPP Pro Jokowi, Candi Sinaga, yang juga berbicara di acara diskusi di Warung Daun.
Dalam pandangan Ubedillah, Ahok mestinya bisa belajar dari Jokowi ketika memenangkan Pilkada Dki 2012. Jokowi menurut Ubedillah, saat itu menjawab dahaga publik karena santun dan blusukan. “Sehingga (masyarakat) merasakan kehadiran pemimpin. Kecerdasan sosial Jokowi lebi baik daripada Ahok," kata Ubedillah.[rimanews]